Pelatihan
dan Pengembangan Karyawan PT. Mayindo Tritunggal Dalam Kajian Psikologi
Industri dan Organisasi
I.
Latar Belakang
Dalam suatu
organisasi SDM merupakan faktor terpenting karena merupakan penggerak utama
perusahaan, apalagi perusahaan yang bergerak dalam bidang jasa salon dan bridal
seperti PT. Mayindo Tritunggal karena jasa yang dijual berhubungan erat dengan
kemampuan atau skill dari pekerja. Pelatihan dan pengembangan adalah fokus
utama untuk kemajuan perusahaan mengingat jasa salon dan bridal adalah jasa
yang harus selalu terkini dalam trend dan skill yang cepat berubah. Pelatihan
intensif dan berkala diberikan terutama untuk staff yang terjun langsung
bertemu customer seperti Bridal Consultant, Stylist, Assistant Stylist dan
Terapist.
Setelah karyawan
diterima melalui proses seleksi, sebelum bertemu langsung dengan customer,
harus melalui proses standarisasi dalam pelatihan dan pengembangan, hal ini
dimaksudkan untuk menjaga dan meningkatkan mutu dari pelayanan. Hasil proses
seleksi akan menunjukan kekurangan atau kelebihan individu dalam kompetensinya,
berdasar ini calon karyawan akan diberikan pelatihan dan penngembangan.
Dalam periode kerja tertentu, karyawan akan di berikan penilaian
kinerja (performance appraisals) yang akan menentukan pelatihan dan
pengembangan seperti apa yang diberikan kepada karyawan.
Pelatihan
dan pengembangan tidak hanya tentang skill tapi juga tentang issue
ketenagakerjaan, masalah gender, pelecehan, etik pekerja juga idealnya
perusahaan memberikan training untuk persiapan pensiun, bagaimana mengelola
keuangan, bagaimana kesempatan yang ada untuk para pensiunan dll
II.
Teori
Pengertian
Pelatihan
dan Pengembangan karyawan menurut Ronald E Ringgo dalam buku Introduction to
Industrial/ Organizational Psychology (2009) :
“Employee training is a
planned effort by an organization to facilitate employee learning, retention
and transfer of job related behavior. In most organization, training is not
limited to new employee, as various types of training and development programs
are offered at all stages of an employee’s career.”
Pelatihan
karyawan adalah suatu usaha yang dilakukan oleh organisasi untuk memfasilitasi
pembelajaran bagi karyawannya, retensi dan mensosialisasikan perilaku pekerja
atau kebiasaan yang ada, tidak terbatas hanya untuk karyawan baru, program
pelatihan dan mengembangan juga
diberlakukan untuk karir pekerja.
McShane/Von Glinow dalam buku
Organizational Behavior merekomendasikan teori Bandura dan Skinner dalam
pelatihan dan pengembangan karyawan dalam organisasi.
Teori Belajar Bandura
untuk Pelatihan dan Pengembangan
Karyawan
Pelatihan karyawan akan efektif jika
dibuat berdasar teori belajar yang ada, salah satu yang paling umum digunakan
adalah teori pembelajaran social (Social Learning Theory) dari Albert Bandura,
teori yang menekankan pada komponen kognitif dan pemikiran, pemahaman dan
evaluasi.
Reciprocal Determinism
Tingkah laku
manusia terbentuk dari interaksi timbal balik yang terus-menerus antara
determinan kognitif, behavior dan lingkungan.
Orang menentukan tingkah lakunya dengan mengontrol Kekuatan lingkungan
tapi juga dikontrol oleh kekuatan lingkungan.
Regulasi Diri
Manusia sebagai
pribadi yang dapat mengatur diri sendiri
(self-regulation), mempengaruhi tingkah laku dengan cara mengatur
lingkungan, menciptakan keyakinan secara kognitif dan memprediksi konsekuensi
bagi tingkah lakunya sendiri.
Proses yang dapat
dipakai untuk melakukan regulasi diri :
a. Memanipulasi faktor eksternal
Faktor eksternal memberi
standar untuk mengevaluasi tingkah laku. Faktor lingkungan berinteraksi dengan
pengaruh-pengaruh pribadi, membentuk standar evaluasi diri seseorang. Melalui
orang tua dan guru, serta pengalaman berinteraksi dengan lingkungan yang lebih
luas, anak belajar mengembangkan standar yang dapat dipakai untuk menilai diri.
Faktor eksternal mempengaruhi regulasi diri dalam bentuk penguatan (reinforcement). Standar tingkah laku dan
penguatan biasanya bekerja sama, dimana ketika orang dapat mencapai standar
tingkah laku tertentu maka butuh penguatan agar tingkah laku menjadi pilihan untuk diulang
b. Monitoring dan evaluasi Faktor Internal
Bandura
mengemukakan tiga bentuk pengaruh internal, yaitu :
1.
observasi
diri (self observation)
2.
proses
penilaian tingkah laku (judgement
process)
3.
Respon
diri (self response) dimana pada
akhirnya berdasarkan pengamatan dan judgment, individu mengevaluasi diri sendiri
dan menghadiahi atau menghukum dirinya sendiri
Efikasi diri
Bagaimana orang
bertingkah laku dalam situasi tertentu tergantung pada resiprokal antara
lingkungan dan kondisi kognitif, khususnya yang berhubungan dengan keyakinannya
bahwa dia mampu atau tidak untuk melakukan tindakan yang memuaskan. Efikasi
adalah penilaian diri, apakah dapat melakukan tindakan yang baik atau buruk,
tepat atau salah, bisa atau tidak sesuai dengan yang dipersyaratkan.
Teori peniruan
(Modeling)
Syarat :
1.
Perhatian
Subjek harus
memperhatikan tingkah laku model untuk dapat mempelajarinya Subjek memberi
perhatian tertuju kepada nilai, harga diri, sikap, dan lain-lain yang dimiliki.
Bandura menekankan bahwa hanya dengan memperhatikan orang lain pembelajaran dapat
dipelajari.
2.
Mengingat
Subjek yang
memperhatikan harus merekam suatu tingkah laku itu dalam sistem ingatannya. Ini
memungkinkan subjek melakukan tingkah laku itu kelak bila diperlukan atau
diingini. Kemampuan untuk menyimpan informasi juga merupakan bagian
penting dari proses belajar.
3.
Reproduksi
Setelah mengetahui
atau mempelajari tingkah laku, subjek juga dapat menunjukkan kemampuannya atau
menghasilkan apa yang disimpan dalam bentuk tingkah laku. Jadi setelah subyek
memperhatikan model dan menyimpan informasi, sekarang saatnya untuk benar-benar
melakukan perilaku yang diamatinya. Praktek lebih lanjut dari perilaku yang
dipelajari mengarah pada kemajuan perbaikan dan keterampilan.
4.
Motivasi
Motivasi juga
penting dalam pemodelan Albert Bandura karena ia adalah penggerak individu
untuk terus melakukan sesuatu. Jadi subyek harus termotivasi untuk meniru
perilaku yang telah dimodelkan.
Teori Belajar Skinner
untuk Pelatihan dan Pengembangan
Karyawan
Selain
teori pembelajaran social (Social Learning Theory) dari Albert Bandura,
teori yang menekankan pada komponen kognitif dan pemikiran, pemahaman dan
evaluasi. Teori belajar Skinner juga sering digunakan.
Pada teori belajar ini sering disebut S-R psikologis artinya bahwa
tingkah lakumanusia dikendalikan oleh ganjaran atau reward dan penguatan atau
reinforcement dari lingkungan. Dengan demikian dalam tingkah laku belajar
terdapat jalinan yang erat antara reaksi-reaksi behavioural dengan stimulusnya.
Skinner
memiliki tiga asumsi dasar dalam membangun teorinya:
1.
Behavior is lawful (perilaku memiliki hukum tertentu)
2.
Behavior can be predicted (perilaku dapat diramalkan)
3.
Behavior can be controlled (perilaku dapat dikontrol)
Menurut Skinner, unsur yang terpenting dalam belajar adalah adanya
penguatan (reinforcement) dan hukuman (punishment), Penguatan (reinforcement)
adalah konsekuensi yang meningkatkan probabilitas bahwa suatu perilaku akan
terjadi. Sebaliknya, hukuman (punishment) adalah konsekuensi yang menurunkan
probabilitas terjadinya suatu perilaku. Menurut Skinner penguatan berarti
memperkuat, penguatan dibagi menjadi dua bagian yaitu :
a.
Penguatan positif Yaitu penguatan berdasarkan prinsif bahwa frekuensi respons
meningkat karena diikuti dengan stimulus yang mendukung
(rewarding).Bentuk-bentuk penguatan positif adalah berupa hadiah (permen, kado,
makanan, dll), perilaku (senyum, menganggukkan kepala untuk menyetujui,
bertepuk tangan, mengacungkan jempol), atau penghargaan (nilai A, Juara 1 dsb).
b.
Penguatan negative Yaitu penguatan berdasarkan prinsip bahwa frekuensi respons
meningkat karena diikuti dengan penghilangan stimulus yang merugikan (tidak
menyenangkan). Bentuk-bentuk penguatan negatif antara lain: menunda/tidak
memberi penghargaan, memberikan tugas tambahan atau menunjukkan perilaku tidak
senang (menggeleng, kening berkerut, muka kecewa dll).
Satu cara untuk mengingat perbedaan
antara penguatan positif dan penguatan negatif adalah dalam penguatan positif
ada sesuatu yang ditambahkan atau diperoleh. Dalam penguatan negatif, ada
sesuatu yang dikurangi atau dihilangkan. Adalah mudah mengacaukan penguatan
negatif dengan hukuman. Agar istilah ini tidak rancu, ingat bahwa penguatan
negatif meningkatkan probabilitas terjadinya suatu perilaku, sedangkan hukuman
menurunkan probabilitas terjadinya perilaku.
Disamping
itu pula dari eksperimen yang dilakukan B.F. Skinner terhadap tikus dan
selanjutnya terhadap burung merpati menghasilkan hukum-hukum belajar,
diantaranya :
a.
Law of operant conditining yaitu jika timbulnya perilaku diiringi dengan
stimulus penguat, maka kekuatan perilaku tersebut akan meningkat.
b.
Law of operant extinction yaitu jika timbulnya perilaku operant telah diperkuat
melalui proses conditioning itu tidak diiringi stimulus penguat, maka kekuatan
perilaku tersebut akan menurun bahkan musnah.
Area Pelatihan dan
Pengembangan Karyawan
-
Pelatihan bagi karyawan baru
Orientasi karyawan baru untuk
memperkenalkan karyawan pada organisasi dan tujuannya, filosofi, kebijakan dan
prosedur.
-
Pelatihan ulang sebagai
kelanjutan program pendidikan
Pengetahuan dan keterampilan pekerja akan
berkurang selama karir mereka jika tidak diiringi dengan pelatihan dan
pengembangan. Penelitian menunjukan karyawan lama banyak menolak pelatihan
ulang karena kurangnya rasa pecaya diri dan kemampuan mereka untuk belajar.
-
Perencanaan dan pesiapan pensiun
Penelitian menunjukan banyak pekerja yang
tidak mempersiapkan diri dengan baik untuk pensiun, topic pelatihan biasanya
bagaimana merencanakan pensiun, investasi dan pengelolaan uang, pelayanan dan
kesempatan untuk para pension dan senior.
-
Pengembangan karir karyawan
Organisasi seharusnya sadar akan
pentingnya pelatihan dan pengembangan untuk karir karyawan. Program yang ditawarkan untuk pengembangan
karir : konseling karir, perncanaan karir, pengelolaan karir.
-
Pelatihan Pekerja Untuk Tugas
Internasional
Meningkatnya globalisasi bisnis, pekerja
diperlukan training bagi pekerja yang akan
bertemu atau mewakili perusahaan dari perwakilan yang berbasis di negara
lain.
-
Pelatihan untuk issue2 yang
menyebar, pelecehan dan perilaku etik
Dengan internasionalisasi dan peningkatan
akses pekerja, workgroup menjadi semakin beragam, banyak terdapat wanita dan
usia lanjut dalam angkatan kerja serta keragaman bangsa dan budaya. Program
pelatihan meningkatkan kesadaran pekerja tentang perbedaan latar belakang dan
perbedaan pekerja lain penegasan tidak diperbolehkannya pelecehan dan prilaku
negative.
-
Pelatihan tim
Program pelatihan tim biasanya memiliki
komponen : memahami kemampuan tiap individu tim, pelatihan kerjasama,
pengembangan tujuan bersama dan prosedur kerja.
Kunci Sukses Pelatihan dan
Pengembangan
-
Transfer of training
Transfer pelatihan dipengaruhi oleh apa
yang dipelajari dengan apa yang ditemukan di lingkungan kerja yang sebenarnya
sehingga prosesnya harus dapat diaplikasikan pada saat kerja secara tepat.
-
Trainee readiness
Sikap
karyawan yang positif sangat menentukan keberhasilan pelatihan, perlu
dipilih individu yang potensial untuk
dilatih.
-
Training program structure
Perlu disususn jadwal pemberian training,
peserta, trainer, waktu, materi, metode
yang digunakan, evaluasi dll
Masalah Umum Program
Pelatihan Kayawan
Banyak organisasi yang sudah memberikan
komitmen besar pada pengembangan dan pelatihan dengan menghabiskan banyak waktu,
uang dan lain lain namun program pelatihan tidak berjalan efektif, hal dapat
dimungkinkan karena tidak menggunakan teori belajar yang ada atau tidak diorganisasikan
dengan baik.
Tujuan dari Pelatihan dan Pengembangan Karyawan :
1.
Orientasi dan pengenalan
perusahaan untuk karyawan baru
2.
Meningkatkan produktivitas
3.
Meningkatkan mutu
4.
Meningkatkan ketepatan dalam
perencanaan SDM
5.
Meningkatkan semangat kerja
6.
Menarik dan menahan tenaga
kerja yang baik
7.
Menjaga kesehatan dan
keselamatan kerja
8.
Menghindari ketinggalan
pengetahuan
9.
Menunjang pertumbuhan pribadi
(personal growth)
10.
Mencapai tujuan dari
perusahaan.
Sebuah Contoh Untuk Program
Pelatihan Karyawan Yang Sukses
1.
Menilai Kebutuhan Dari
Pelatihan
-
Analisis berdasarkan organisasi
-
Analisis berdasarkan pekerjaan
-
Analisis berdasarkan individu
-
Analisis berdasarkan demografi
2.
Menetapkan tujuan pelatihan dan
pengembangan, tujuan akan menjadi acuan untuk menentukan faktor faktor apa yang akan menjadi keberhasilan pelatihan
tsb
3.
Mengembangkan dan menguji materi pelatihan : metode pelatihan karyawan
On site
methods - Melatih pegawai langsung pada tempat/posisi
pekerjaannya
·
On the job training - Menempatkan pekerja yg
tidak memiliki pengalaman dan mentor yang akan melatih.
·
Apprenticeship -Metode dengan mengikutsertakan
pegawai baru melihat, memperhatikan, bertanya langsung pada saat mentornya
mengerjakan pekerjaannya.
·
Vestibule training - Training
dengan membuat ruang simulasi disamping ruang kerja yang sesungguhnya dan
didampingi mentor
·
Job Rotation - Rotasi posisi agar pekerja mampu
menguasai berbagai hal
Off
site Method -Pelatihan yang
menempatkan dalam setting diluar pekerjaan sesungguhnya seperti : Seminar, Audiovisual
instruction, dengan film atau media lainnya, Behavior modeling training –
Mempelajari perilaku yang dibutuhkan dalam pekerjaan melalui model (film,
roleplay, live dll), Simulation
technique, Programmed instruction,dll.
4.
Implementasi dari program
training
Biasanya dengan praktek dilapangan untuk
melihat kesiapan, kesesuaian dengan materi pelatihan dengan keadaan
sesuangguhnya.
5.
Evaluasi dari program pelatihan
dan pengembangan
Reaction criteria, Mengukur impresi dari
perserta, termasuk penilaian mereka terhadap program pelatihan, jumlah material
yang mereka terima dan sejauhmana mereka menyukai dan menikmati program
pelatihan.
Learning criteria, Sejauh
mana peserta mendapatkan pelajaran (material) dari program training.
Behavioral criteria, Sejauhmana peserta
mempelajari keterampilan baru setelah mereka kembali ke tempat mereka bekerja.
Results criteria, Mengukur sejauhmana hasil
dari pelatihan karyawan meningkatkan hasil/output perusahaan (penjualan
meningkat, kualitas kerja menaik, dll)
Masalah Ketenagakerjaan
dan Pelatihan Karyawan
Pelatihan dan pengembangan berpengaruh besar terhadap kenaikan gaji,
promosi atau pemutusan hubungan kerja,
akan timbul masalah dalam lingkungan kerja terhadap pelatihan, untuk beberapa
jenis pekerjaan tertentu, pekerja yang kurang mampu akan tertinggal dengan
pekerja yang lebih mampu sehingga dapat menimbulkan perasaan diskriminasi.
III.
Analisis
Kondisi Umum PT. Mayindo
Tritunggal
Nama Perusahaan : PT. Mayindo Tritunggal
Kantor Pusat : Komplek Kebun Jeruk Permai
Blok E 27 Kav 2-3 Jakarta Barat
Telepon : 021-5362170 – 021-5360940
Web : www.maymay.co.id
Jenis Usaha : MAYMAY Salon Bridal
Photo
Cabang :
1.
Mall Taman Anggrek - Jakarta
2.
Mall Puri Indah - Jakarta
3.
Mall Kelapa Gading - Jakarta
4.
Mall Emporium Pluit - Jakarta
5.
Central Park – Jakarta
6.
Gandaria City Jakarta
7.
Supermal Karawaci - Tanggerang
8.
Tunjungan Plaza 4 – Surabaya
Jumlah Karyawan : 344 orang, terdiri dari 230 wanita 114 pria
Struktur Organisasi :
Departemen HRD
& GA
Departemen HRD terdiri dari 1
orang HR Manager dengan 1 orang administrasi membawahi langsung pengemudi dan
cleaning service.
Tanggung jawab :
1.
Penerimaan karyawan baru
2.
Pelatihan dan Pengembangan
3.
Reward & Punishment
4.
Hubungan antara manajemen dan karyawan
5.
Urusan umum seperti menjalin
hubungan baik dengan lingkungan sekitar, keindahan fisik lingkungan perusahaan,
keamanan, perawatan asset perusahaan, dll
Area Pelatihan dan
Pengembangan Karyawan
-
Pelatihan bagi karyawan baru,
untuk orientasi dan perkenalan pada organisasi, tujuan, kebijakan dan prosedur
dilakukan dalam satu sessi, biasanya dikumpulkan bersama dalam satu kelas
training. Karena penerimaan yang tidak bersamaan, kadang training pelatihan ini
dilakukan setiap 1-2 bulan. Karena tidak adanya fungsi control pada bagian HRD
& GA dan tidak sesuainya dengan rencana pelatihan yang dibuat, banyak
karyawan baru yang tidak mengikuti orientasi ini sehingga mereka mengetahui
dari atasan langsung atau rekan kerja. Hal ini bisa berdampak buruk bagi perusahaan
karena karyawan baru bisa mendapatkan info yang salah dan sesuai dengan visi
dan misi perusahaan.
-
Pelatihan ulang sebagai
kelanjutan program pendidikan, pelatihan ulang dilakukan khusus untuk pekerja
salon yang bertemu langsung dengan tamu untuk bagian lain tidak terlalu
mendapat perhatian dan tidak ada dalam rencana training tahunan. Departemen HRD
membuat rencana tahunan untuk training stylist, assistant dan therapist juga
front liner. Peserta di tentukan
berdasarkan info dari lapangan (SPV Salon), info dari tamu atau customer
dan penilaian skill dari pemilik salon
(Pemilik adalah juga pekerja salon yang sudah berpengalaman). Banyak karyawan lama yang menolak pelatihan karena sulit
berkompetensi dengan karyawan baru. Manajemen juga tidak memaksa karyawan lama
yang tidak mau mengikuti pelatihan namun konsekwensinya mereka akan tertinggal
dan hasil training akan menentukan harga jual staff dimana harga jual
menentukan komisi yang akan mereka terima. Perusahaan tidak pengadakan
pelatihan ulang untuk staff kantor sehingga staff kantor tidak banyak
berkembang, beberapa staff administrasi sudah bekerja lebih dari 20 tahun untuk
posisi yang sama.
-
Perencanaan dan pesiapan pensiun,
Pengembangan karir karyawan, Pelatihan Pekerja Untuk Tugas Internasional dan
pelatihan tim – Tidak pernah dilaksanakan dan tidak ada dalam rencana training
tahunan.
-
Pelatihan untuk issue2 yang
menyebar, pelecehan dan perilaku etik, tidak dilakukan training khusus,
biasanya manajemen akan mengadakan meeting di tiap cabang jika terdapat issue2,
pelecehan atau perilaku etik yang menyimpang.
Kunci Sukses Pelatihan dan
Pengembangan
-
Transfer of training
Pelatihan skill untuk pekerja salon
langsung di model atau patung yang dapat diaplikasikan langsung di lapangan
dipadukan dengan kreativitas pekerja. Kendala untuk pelatihan front liner, SOP
yang diterapkan kadang tidak bisa di aplikasikan langsung, kebijakan perusahaan
yang memberikan permisi dan kadang tidak sesuai dengan ketentuan yang
disepakati. Contoh : Front liner di latih untuk berdiri ketika melayani tamu,
kenyataannya di lapangan disediakan kursi di area front liner dan tanpa
pengawasan yang baik front liner dapat saja melayani tamu sambil duduk.
-
Trainee readiness
Peserta
training dipilih staff yang potensial, untuk staff yang sudah berumur dan sulit
untuk menerima hal baru memang tidak diikutkan pelatihan oleh manajemen karena
akan mengganggu peserta training yang lain.
-
Training program structure
HR membuat rencana training tahunan dan
bulanan yang sosialisasikan kepada pimpinan terkait dan rencana mingguan yang
disosialisasikan ke peserta. Biasanya Jadwal pelatihan terdiri dari jenis
pelatihan, peserta, trainer, waktu,
materi, metode yang digunakan dan evaluasi.
Masalah Umum Program
Pelatihan Kayawan
Program
pelatihan tidak berjalan efektif karena :
1.
Training dilaksanakan tidak
sesuai dengan rencana yang dibuat dapat disebabkan karena trainer yang tidak
ada atau tidak kompeten
2.
Pelaksanaan tidak sesuai dengan
teori Bandura atau Skinner, contoh Teori peniruan (Modeling) Bandura, syaratnya
adalah : Perhatian, mengingat, reproduksi dan motivasi, mungkin saja faktor
motivasi tidak terpenuhi. Atau hukum belajar Skinner Law of operant extinction yaitu jika
timbulnya perilaku operant telah diperkuat melalui proses conditioning itu
tidak diiringi stimulus penguat, maka kekuatan perilaku tersebut akan menurun
bahkan musnah. Mungkin saja pelatihannya tidak berkelanjutan sehingga perilaku
yang diharapkan menurun atau menghilang.
3.
Peserta yang dipilih tidak kompeten
Analis Pelatihan dan
Pengembangan Karyawan PT. Mayindo dengan Contoh Program Pelatihan Karyawan Yang Sukses
1.
Menilai Kebutuhan Dari
Pelatihan
-
Analisis berdasarkan organisasi
– Sehubungan dengan visi dan misi perusahaan yang bergerak dalam bidang jasa
salon, bridal dan photo, kebutuhan pelatihan untuk meningkatkan mutu dan skill
pekerja.
-
Analisis berdasarkan pekerjaan
– item item pelatihan yang akan dilakukan disesuaikan dengan jasa yang
diberikan ke tamu atau customer.
-
Analisis berdasarkan individu –
Pekerja yang diikutkan dalam pelatihan di sesuaikan dengan kemampuannya.
-
Analisis berdasarkan demografi
– tidak dianalisis khusus, biasanya pelatihan skill mengikuti trend dari
berbagai negara, dahulu trend Indonesia berorientasi ke Paris, saat ini trend
lebih ke Korea.
2.
Tujuan pelatihan dan
pengembangan ditetapkan berdasar kesepakatan manajemen yang paling umum adalah
untuk meningkatkan mutu dan skill sesuai dengan promosi yang diadakan sehingga
akan menunjang tercapainya omset.
3.
Mengembangkan dan menguji materi pelatihan : metode pelatihan
karyawan
On site
methods - Melatih pegawai langsung pada tempat/posisi
pekerjaannya
·
On the job training - Menempatkan pekerja yg
tidak memiliki pengalaman dan mentor yang akan melatih. Biasanya untuk pekerja
yang masih junior menjadi andik (anak didik) dari seniornya, sudah dibuatkan
insentif khusus untuk senior yang menjadi mentor untuk andik.
·
Apprenticeship -Metode dengan mengikutsertakan
pegawai baru melihat, memperhatikan, bertanya langsung pada saat mentornya mengerjakan
pekerjaannya. Andik mendampingi mentor
saat melakukan pelayanan ke tamu dan membantu mentornya.
·
Vestibule training - Training
dengan membuat ruang simulasi disamping ruang kerja yang sesungguhnya dan
didampingi mentor – tidak ada ruang khusus untuk simulasi
·
Job Rotation - Rotasi posisi agar pekerja mampu
menguasai berbagai hal – dilakukan dengan sangat hati hati, karena skill
pekerja harus sesuai kompetensi baru bisa di rotasi.
Off
site Method -Pelatihan yang
menempatkan dalam setting diluar pekerjaan sesungguhnya seperti : Seminar, Audiovisual
instruction, dengan film atau media lainnya, Behavior modeling training –
Mempelajari perilaku yang dibutuhkan dalam pekerjaan melalui model (film,
roleplay, live dll), Simulation
technique, Programmed instruction,dll. Untuk metode ini yang paling sering
dilakukan adalah seminar, untuk metode yang lain hampir tidak pernah dilakukan.
4.
Implementasi dari program
training
Biasanya dengan praktek dilapangan untuk
melihat kesiapan, kesesuaian dengan materi pelatihan dengan keadaan
sesuangguhnya. Praktek dilapangan boleh dilakukan dengan sesama rekan kerja,
tidak diperbolehkan praktek langsung ke tamu/customer tanpa persetujuan dari
trainer atau pemilik salon.
5.
Evaluasi dari program pelatihan
dan pengembangan
Evaluasi program pelatihan dan
pengembangan belum dilakukan untuk reaction criteria, learning criteria. Untuk
behavior criteria biasanya di evaluasi dengan SPV dan result criteria
dievaluasi oleh manajemen
Masalah Ketenagakerjaan
dan Pelatihan Karyawan
Pelatihan dan pengembangan berpengaruh besar terhadap kenaikan harga
dan komisi bagi pekerja salon, namun tetap ada karyawan lama ada yang tidak mau mengikuti
training dengan alasan sudah memahami training yang diberikan padahal mungkin
ada trik trik baru yang diajarkan. Kadang yang tidak mau ikut adalah pekerja
potensial yang memiliki banyak pelanggan.
Perusahaan biasanya memilih staff yang potensial untuk ikut, jika
staff terpilih tidak hadir diberlakukan denda training, hal ini menimbulkan
konflik yang malah menjadi boomerang bagi perusahaan karena pekerja potensial
akhirnya resigned karena tidak terima dengan denda yang berlaku.
Ada juga pekerja yang selalu ingin mengikuti training padahal
kemampuannya terbatas, sehingga akan mengganggu pekerja lain yang kemampuannya
istimewa. Pemilihan seperti ini juga menimbulkan konflik, biasanya perusahaan
memberikan pengertian dan memberikan kelas yang berbeda antara karyawan senior
dan junior.
IV.
Kesimpulan
Pelatihan dan
Pengembangan Karyawan PT. Mayindo Tritunggal atau MAYMAY Salon Bridal Photo,
untuk orientasi karyawan baru, pengenalan perusahaan, tujuan, kebijakan dan prosedur belum dibuat
secara sistematis karena penerimaan tidak dalam waktu bersamaan dan orientasi
dilakukan dalam kelas sehingga banyak karyawan yang mengikuti orientasi, dapat
disarankan orientasi dilakukan tanpa menunggu beberapa peserta, orientasi dapat
dilakukan oleh SPV atau atasan langsung tidak perlu dibuat kelas khusus.
Untuk pelatihan ulang sebagai program
kelanjutan pelatihan sudah berjalan cukup baik tapi hanya untuk pekerja yang
berhubungan langsung dengan tamu. Untuk pekerja di kantor pusat hampir tidak
ada pelatihan dan pengembangan sehingga banyak yang masa kerja lebih 20 tahun
masih di posisi administrasi. Perencanaan dan pesiapan pensiun, Pengembangan
karir karyawan, Pelatihan Pekerja Untuk Tugas Internasional dan pelatihan tim,
tidak pernah dilaksanakan dan tidak ada dalam rencana training tahunan. Pelatihan
untuk issue2 yang menyebar, pelecehan dan perilaku etik, dilakukan dengan
meeting di tiap cabang jika terdapat issue2, pelecehan atau perilaku etik yang
menyimpang.
Usaha untuk
mendapatkan pelatihan dan pengembangan karyawan terbentur kendala kebijakan
perusahaan yang tidak mendukung sehingga materi training dengan praktek di
lapangan berbeda.
Masalah yang terjadi pada program
pelatihan di PT. Mayindo antara lain, trainer yang tidak kompeten, kurang
motivasi, training tidak berkelanjutan atau peserta yang tidak kompeten.
Perusahaan harus lebih meningkatkan mutu trainer, lebih memberikan motivasi,
training sesuai modul dan berkelanjutan dan memilih peserta yang benar benar
kompeten.
Dari analisis pelatihan
dan pengembangan karyawan PT. Mayindo dengan contoh program pelatihan karyawan
yang sukses, beberapa hal yang tidak dilakukan : Vestibule training - Training
dengan membuat ruang simulasi disamping ruang kerja yang sesungguhnya dan
didampingi mentor – tidak ada ruang khusus untuk simulasi dan Job Rotation - Rotasi posisi agar
pekerja mampu menguasai berbagai hal – dilakukan dengan sangat hati hati,
karena skill pekerja harus sesuai kompetensi baru bisa di rotasi. Off site method yang dilakukan hanya seminar,
metode lain tidak dilakukan.
Implementasi dari
program training dilapangan boleh
dilakukan dengan sesama rekan kerja, tidak diperbolehkan praktek langsung ke
tamu/customer tanpa persetujuan dari trainer atau pemilik salon.
Evaluasi dari program
pelatihan dan pengembangan belum dilakukan untuk reaction criteria, learning
criteria. Untuk behavior criteria biasanya di evaluasi dengan SPV dan result
criteria dievaluasi oleh manajemen
Pelatihan dan
pengembangan berpengaruh besar terhadap kenaikan harga dan komisi bagi pekerja
salon kadang menimbulkan konflik apalagi jika di terapkan punishment, juga akan
menimbulkan rasa disriminasi karena dibedakan senior dan junior, hal ini dapat
diantisipasi dengan memberikan pengertian kepada karyawan.
Untuk pendapatkan
program pelatihan dan pengembangan karyawaan yang baik dan efektif, McShane/Von
Glinow dalam buku Organizational Behavior merekomendasikan teori Bandura dan
Skinner dalam pelatihan dan pengembangan karyawan dalam organisasi.
V.
Daftar
Pustaka
·
Riggio, R.E. (2009): Introduction to Industrial and Organizational
Psychology, 5th edtition. New Jersey: Pearson
·
McShane, S.L & Glinow, M.A.V (2010): Organizational Behavior, 5th
edtition. New Jersey: Pearson
Sumber lain :
·
Yudianto, D (2012) : Modul Kuliah Psikologi Industri dan Organisasi ,
Universitas Mercu Buana, Jakarta
Informasi yang sangat menarik sekali dan bisa mencerahkan
BalasHapusMasa Persiapan Pensiun Training Persiapan Pensiun Pelatihan Persiapan Pensiun Seminar Persiapan Pensiun Konsultan Pensiun Usaha Persiapan Pensiun Program Persiapan Pensiun