..............Catatan Kecil Psikologi Antropologi..........
Joseph
Campbell : Mitos memiliki 4 fungsi utama sbb :
1.
Fungsi
Mistis – Menafsirkan kekaguman atas alam semesta
2.
Fungsi
Sosiologis – Mendukung dan mengesahkan tata tertib sosial tertentu
3.
Fungsi
Kosmologis – Menjelaskan bentuk alam semesta
4.
Fungsi
Pendagogis – Bagaimana menjalani hidup sebagai manusia dalam keadaan apapun.
Mitos
Bawah Sadar Kolektif / Arketipe– Carl Gustav Jung
Mitologi merupakan akumulasi
gambaran gambaran yang parallel dengan kehidupan manusia, akumulasi yang
bertumbuh dalam ketidaksadaran dan didalamnya aspek aspek tertentu dari
eksistensi manusia mendapatkan ungkapan secara simbolis
Hal ini sejalan dengan suatu
pemikiran yang telah dikemukakan oleh Carl Gustav Jung tentang pengembangan
dari suatu teori Sigmund freud tentang alam tak sadar kolektif dan isi
psikisnya. Mitos “bawah sadar kolektif” tersebut dinamai arketipe, bilamana
kita tarik garis maka akan menjadi jelas buat kita bahwa suatu mitologi dapat
berpengaruh secara nyata di dalam keseharian masyarakat .
Pengertian
arketipe berasal dari hasil penyelidikan yang berulang-ulang. Misalnya cerita
mite dan dongeng-dongeng dari dunia sastra mengandung pola-pola dasar tertentu,
yang muncul dimana-mana. Kita menemukan pola-pola dasar yang sana ini dengan
fantasi-fantasi, mimpi-mimpi, igauan-igauan, dan khayalan-khayalan dari
individu yang hidup hari ini. Bayangan-bayangan dan asosiasi-asosiasi yang khas
inilah yang disebut oleh Carl Gustav Jung sebagai gagasan-gagasan arketipis.
Semakin hidup gagasan-gagasan arketipis ini, semakin mereka diwarnai khusus
oleh nada dasar perasaan yang kuat. Mereka meninggalkan kesan, mempengaruhi dan
menarik perhatian kita. Gagasan-gagasan arketipis ini berasal dari arketipe,
yang dari dirinya sendiri merupakan suatu bentuk yang tak kelihatan, tak sadar,
praeksisten. Bentuk ini merupakan bagian dari struktur warisan milik psike dan
ia bisa mengungkapkan diri secara spontan dimana saja dan kapan saja. Karena
kodrat nalurinya, arketipe memberi otonomi kepada kompleks itu.
Bunuh diri sebagai imitasi/meniru –
Teori Pembelajaran Sosial Albert Bandura
Determinis
Resiprokal (reciprocal determinism): pendekatan yang menjelaskan tingkah laku
manusia dalam bentuk interaksi timbal-balik yang terus menerus antara
determinan kognitif, behavioral dan lingkungan. Orang menentukan/mempengaruhi
tingkahlakunya dengan mengontrl lingkungan, tetapi orang itu juga dikontrol
oleh kekuatan lingkungan itu. Determinis resiprokal adalah konsep yang penting
dalam teori belajar sosial Bandura, menjadi pijakan Bandura dalam memahami tingkah
laku. Teori belajar sosial memakai saling-determinis sebagai prinsip dasar
untuk menganalisis fenomena psiko-sosial di berbagai tingkat kompleksitas, dari
perkembangan intrapersonal sampai tingkah laku interpersonal serta fungsi
interaktif dari organisasi dan sistem social.
Mitos dari Sudut Pandang Psikologi & Ilmu
Pengetahuan
Munculnya pemahaman modern mengenai mitologi
Yunani dianggap oleh para sejarawan sebagai reaksi ganda pada akhir abad
kedelapan belas melawan "sikap tradisional rasa permusuhan Kristen",
yang mana sikap agama Kristen, yang mengganggap bahwa mitos merupakan suatu
"kebohongan" atau fabel, telah dipertahankan. Di Jerman, sekitar tahun
1795, berkembang rasa ketertarikan terhadap Homeros dan mitologi Yunani. Di Göttingen, Johann
Matthias Gesner mulai
membangkitkan kembali studi mitologi Yunani, sedangkan penerusnya, Christian
Gottlob Heyne, bekerja dengan Johann
Joachim Winckelmann, dan mendirikan
dasar bagi riset mitologi baik di Jerman maupun di tempat-tempat lainnya.
Bagi Karl Kerényi mitologi adalah "sekummpulan materi yang
terkandung dalam kisah-kisah tentang makhluk mirip dewa, pertempuran pahlawan
dan perjalanan ke Dunia bawah—mythologem adalah kata Yunani yang terbaik
untuk itu—kisah-kisahnya sudah banyak dikenal namun tidak dapat menerima
pembentukan ulang".
Pendekatan psikoanalitis dan komparatif
Sigmund
Freud memperkenalkan
konsepsi biologis dan transhistoris mengenai manusia serta pendangan terhadap
mitos sebagai suatu ekpsresi dari gagasan yang ditekan. Tafsir mimpi merupakan
dasar dari interpretasi mitos Freud dan konsep Freud mengenai cara kerja mimpi
mengenali pentingnya hubungan kontekstual untuk menafsirkan unsur individual
apapun dalam sebuah mimpi. Menurut Freud, teorinya ini akan menemukan poin yang
penting dalam penyesuaian antara pendekatan strukturalis dan psikoanalitis
terhadap mitos. Carl Jung memperluas pendekatan psikologis dan
transhistoris itu dengan teorinya mengenai "alam bawah sadar
kolektif" dan arketipe (pola-pola "arkais" yang diturunkan),
seringkali diulang-ulang dalam mitos, yang muncul dari itu. Menurut
Jung, "unsur struktural pembentuk mitos pasti ada di alam bawah sadar”.
Membandingkan metodologi Jung dengan teori Joseph Campbell, Robert A. Segal menyimpulkan bahwa
"untuk menafsirkan mitos, Campbell secara sederhana mengidentifikasi arti
di dalamnya. Interpretasi terhadap Odisseia, misalnya, dapat menunjukkan
bagaimana kehidupan Odisseus menyesuaikan diri dengan pola kepahlawanan.
Berlawanan dengan Jung, yang berpendapat bahwa identifikasi arketipe hanya
semata-mata langkah pertama dalam menfasirkan mitos". Karl
Kerényi, salah satu
pendiri studi modern mengenai mitologi Yunani, meninggalkan pandangan awalnya
tentang mitos, supaya dapat menerapkan teori Jung pada mitologi Yunani.
Teori asal usul
Max Müller dianggap sebagai salah satu pendiri ilmu
perbandingan mitologi. Dalam karyanya Mitologi Perbandingan (1867)
Müller menganalisa kemiripan yang "mengganggu" antara
mitologi-mitologi dari "ras biadab" dengan mitologi milik bangsa
Eropa awal.
Ada beragam teori modern mengenai asal usul
mitologi Yunani. Menurut Teori Kitab, semua legenda mitologi berasal dari
cerita-cerita dalam naskah
kuno, meskipun fakta
nyata telah disamarkan dan dimodifikasi.Menurut Teori Sejarah semua orang yang
disebutkan dalam mitologi dulunya merupakan manusia nyata, dan legenda mengenai
mereka merupakan tembahan pada masa selanjutnya.. Teori Alegori menyatakan
bahwa semua mitos kuno bersifat simbolis dan merupakan alegori atau kiasan.
Sementara Teori Fisik menyebutkan gagasan bahwa unsur-unsur semacam udara, api,
dan air, pada awalnya merupakan obejk pemujaan relijius, sehingga dewa-dewa
utama merupakan personifikasi dari kekuatan alam tersebut. Max Müller berupaya untuk
memahami bentuk keagamaan India-Eropa dengan cara melacaknya kembali pada banga Arya, perwujudan "asli"nya. Pada tahun
1891, dia menyebutkan bahwa "penemuan terpenting yang pernah dibuat pada
abad kesembilan belas dengan rasa hormat pada sejarah kuno umat manusia ...
adalah persamaan sederhana ini: Dyaus-pitar Sansakerta = Zeus Yunani = Yupiter Latin = Tyr Nordik
Kuno".
Di pihak lain, arkeologi dan mitografi telah
mengungkapkan bahwa bangsa Yunani terilhami oleh beberapa peradaban di Asia
Kecil dan Timur Dekat. Adonis nampaknya merupakan padanan versi Yunani dari
"dewa yang mati" dari daerah Timur Dekat, yang lebih jelas dalam
kultus daripada dalam mitos. Dewi Kibele berakar dari
kebudayaan Anatolia, yang juga merupakan tempat munculnya ikonografi Afrodit dari dewi-dewi Semit. Ada juga
kemungkinan kesetaraan antara generasi dewa terawal (Khaos dan anak-anaknya)
dengan Tiamat dalam Enuma Elish. Menurut Meyer Reinhold,
"konsep kedewaan Timur, yang melibatkan pergantian kekuasaan melalui
kekerasan dan konflik antargenerasi demi kekuasaan, menemukan jalan mereka ke
dalam mitologi Yunani".
Selain berasal dari India-Eropa dan Timur
Dekat, beberapa sejarawan juga mengajukan pendapat bahwa mitologi Yunani
dipengaruhi pula oleh peradaban pra-Hellenik, di antaranya peradaban di Kreta, Mykenai, Pylos, Thebes dan Orkhomenos. Para sejarawan agama terkagum-kagum oleh
sejumlah konfigurasi kuno mengenai mitos yang berkaitan dengan Kreta (Zeus dan Europe, Banteng Kreta, Minos, Daidalos dan Ikaros, Minotaur, dll.). Profesor Martin P. Nilsson
menyimpulkan bahwa semua mitos besar Yunani Klasik terikat pada pusat-pusat
peradaban Mykenai dan berasal dari masa prasejarah. Namun demikian, menurut
Burkert, ikonografi dari Periode Istana Kreta hanya memberikan sedikit
informasi yang dapat mendukung teori ini.
METODE PENELITIAN ANTROPOLOGI PSIKOLOGI
1. Metode Etnografis
–
Metode Wawancara ( Wawancara dengan rencana dan
tanpa rencana)
–
Pengamatan (Langsung dan tidak langsung)
2. Metode Ilmu Sosial
–
Metode pengumpulan data riwayat hidup individu
–
Metode Penggunaan Test Test Proyektif (Ro dan
TAT)
–
Metode Mencatat Mimpi
–
Metode Survey Lintas Budaya, Data
data yang dikumpulkan bukan dari
lapangan tapi di ambil dari HRAF (Human
RelationArea Files) yang kadang ditambahkan dengan data dari sumber lain.
HRAF adalah sebuah sistem kartu yang luas sekali mengandung data data etnografi
dari beberapa ratus masyarakat dari daerah kebudayaan yang berbeda. Sistem
kartu dibuat sangat baik sehingga orang dengan cepat bisa memperoleh data yang
diinginkan dengan mempelajari sistem kodenya. Lebih mudah daripada penelitian
di perpustakaan karena HRAF mengabstraksikan bahan bahan keterangan atau buku
buku karya etnografi dari berbagai kebudayaan.
Para peneliti
antropologi psikologi meneliti hubungan antara praktek pengasuhan anak dengan
unsur unsur kebudayaan lainnya dari masyarakat, Whiting & Child (1953)
menganggap bahwa pengasuhan anak berpengaruh terhadap sifat sifat kepribadian anak
yang bersangkutan dan sifat sifat kepribadian tersebut akan tetap menjadi
kepribadian setelah dia dewasa kelak.
TES RORSCHACH (TES RO)
Test dengan menggunakan gambar yang
berupa noda tinta yang sudah di standarisasikan, terdiri dari 10 lembar kartu,
5 kartu warna hitam dan abu abu, 2 kartu dengan tambahan warna merah terang, 3
kartu lainnya dengan tambahan aneka warna pastel.
Kegunaan
:
Mencari struktur kepribadian, Kekuatan ego, Intelektual, Kemampuan berfikir
Kekurangan
penggunaan test dalam penelitian kebudayaan :
1. Nilai dalam penelitian diragukan
dan menghabiskan waktu banyak
2. Pengetest harus menguasai bahasa
responden
3. Responden harus terpisah dari
orang lain
Kelebihan
penggunaan test dalam penelitian kebudayaan :
1. Subjek yang di test tidak pandai
membaca dan menulis
2. Percobaan juga tidak
terikat kepada kebudayan tertentu (karena noda-noda itu, menurut arnouw, tidak
menggambarkan sesuatu yang khusus),
3. Dapat dicobakan
kepada orang-orang yang berbeda-beda umumnya, kepada anak-anak dan
kepada orang dewasa.
TAT (Test Apresepsi Tematik)
Menggunakan 20
kartu yang bersifat ambigu dan responden diminta mengarang cerita dari kartu
yang dilihatnya.
Kegunaan
Mengetahui
dorongan-dorongan dominan, emosi emosi,
sentimen sentimen, kompleks dan pertentangan dari kepribadian
Kekurangan
penggunaan test dalam penelitian kebudayaan :
1. Terikat oleh
suatu kebudayaan (culture bond) yaitu budaya barat
2. Perlu adaptasi
jika digunakan untuk lintas budaya
Kelebihan penggunaan test dalam penelitian kebudayaan
– Tidak disarankan untuk penelitian lintas budaya
Teori Seksualitas Kanak-kanak Sigmund Freud
Menurut Freud,
manusia memiliki dua macam dorongan vital (vital drive), yakni dorongan untuk
melindungi diri (the drive of self preservation), dan dorongan untuk
berkembang-biak (the drive toward procreation), yaitu dorongan untuk memelihara
kelangsungan hidup dari jenis manusia.
kompleks
Oedipus pada anak laki-laki timbul karena si anak ingin bersetubuh dengan ibu
kandungnya dan melenyapkan saingannya yaitu ayah kandungnya sendiri. Kompleks
Oedipus ini akan ditanggulangi oleh kecemasan akan dikebiri (castration
enxiey). Sebaliknya kompleks Electra pada anak perempuan timbul karena adanya
iri hati terhadap penis (penis envy). Iri hati ini menyebabkan ia dekat dengan
ayahnya dan menjauhi ibunya, yang dianggap sebagai penyebab terhadap
kekurangannya itu. Kompleks Electra ini dapat ditanggulangi setelah si gadis
dapat menerima kenyataan bahwa ia sudah “dikebiri”.
Gejala
Kompleks Oedipus, menurut Malinowski hanya mungkin ada dalam masyarakat di mana
tokoh ayah bersifat otoriter dan keras, dan mewajibkan disiplin yang sangat
ketat bagi anak-anaknya. terutama bagi anak laki-lakinya. Keadaan ini tidak
berlaku di dalam kebudayaan yang berasaskan matrilineal sepeiti di Trobriand.
Sebabnya, di sana ayah bukan tokoh kerabat yang mempunyai kewajiban mengasuh
anak, sehingga Ia tidak perlu bersikap otoriter terhadap anaknya. Sebaliknya,
saudara laki-laki ibunya (mamak) yang menjadi tokoh pengasuh si anak. Karena
itu si anak merasa tidak punya alasan untuk menjadikan hal tersebut sebagai
penyaing cinta bundanya. Dengan kesimpulan ini Malinowski menganggap Freud
salah, apalagi Freud menganggap bahwa gejala Kompleks Oedipus itu sebagai
gejala psikologis seksual yang universal.
Teori Gejala Masalah Akil Baliq Margaret
Mead
Perbedaan
kepribadian antara laki-laki dan wanita, bukan perbedaan biologis universal,
melainkan suatu perbedaan yang ditentukan oleh kebudayaan, oleh sejarah, dan
struktur sosial masyarakat bersangkutan.
Teori Pola Kebudayaan Ruth Benedict
Teori Pola
Kebudayaan/teori konfigurasi teori Mozaik /teori Representation Collectives,
atau teori Etos Kebudayaan. Konfigurasi adalah perumusan yang sangat abstrak
tentang integrasi suatu kebudayaan dan masyarakat (cita-cita dan pandangan
hidup). Teori Benedict dapat diringkas sebagai
berikut “Di dalam setiap kebudayaan ada aneka ragam tipe temperamen, yang telah
ditentukan oleh faktor keturunan (genetik) dan faktor ketubuhan (konstitusi),
yang timbul berulang-ulang secara universal. Namun setiap kebudayaan hanya
memperbolehkan sejumlah terbatas dari tipe temperamen tersebut berkembang. Dan
tipe-tipe temperamen tersebut hanya yang cocok dengan konfigurasi dominan.
Dewasa ini
teori mengenai asumsi tentang kebudayaan sebagai pencetak tabiat manusia yang
plastis telah digantikan oleh teori mengenai sangat pentingnya peranan praktek pengasuhan anak (child
rearing practices), dalam pembentukan kepribadian seorang anak setelah
dewasanya kelak (Kardiner, 1939; Eggãn, 1943; Goldfrank, 1945; Erikson, 1945).
Asumsi terakhir sangat terkenal dan berdasarkan teori-teori mengenai belajar,
tumbuh kembang individu, dan psikoanalisa (learning and individual growth
theories, and on psychoanalysis). Mengenai teori tersebut akan dibicarakan pada
waktu kita sampai pada teori Struktur Kepribadian Dasar dari Kardiner, Linton
dan DuBois, di belakang nanti. Di dalam karya-.karya yang kemudian, Benedict
juga memasukkan beberapa diskusi tentang praktek pengasuhan tanpa melibatkan
dirinya dalam salah-satu teori psikologi (seperti learning theory misalnya). Dia berkecenderungan untuk menekankan bahwa
yang penting bukan ada atau tidak adanya praktek-praktek pengasuhan anak tertentu, tetapi caranya praktek pengasuhan
itu diintegrasikan dengan, dan dinyatakan pada suatu konfigurasi khusus dan
kebudayaan. Pendapat in i memang cocok dengan teori konfigurasi, yang
kemudian menjadi dasar teori watak bangsa (national character).
Teori Benedict
ini oleh F. Boas dianggap sebagai suatu usaha untuk mengerti individu sebagai
makhluk dalam kebudayaan dan kebudayaan sebagai suatu wadah yang didiami
individu.
Teori Gaya Hidup Petani Desa Robert
Redfield
Untuk
menerangkan teorinya ini, Redfield membedakan masyarakat di dunia ini menjadi
tiga macam, yakni masyarakat folk (folk society); masyarakat petani desa
(peasant society) dan masyarakat perkotaan (urban society). Masyarakat folk
adalah masyarakat yang telah ada sebelum timbulnya kota. Istilah lain yang
sinonim adalah tribal society, yang dahulu sering juga disebut sebagai
masyarakat “primitive”, atau masyarakat terpencil. Masyarakat folk ini sedikit
sekali mendapat pengaruh dari peradaban besar di dunia seperti Han (Cina),
Yunam, India, Islam dan lain-lain.
Redfield
mengatakan masyarakat petani desa bersifat setengah masyarakat (a half society)
dan kebudayaan bersifat setengah kebudayaan (at half culture) (Redfield, 1967:
25-26). Redfield percaya tentang adanya gaya hidup (life style) khas masyarakat
petani desa, yakni yang ditandai oleh seperangkat sikap dan nilai sebagai
berikut:
1. Sikap yang
praktis dan mencari yang berfaedah (utilitarian) terhadap alam. Motifikasinya
untuk bekerja bukan saja untuk menghasilkan sesuatu bagi hidupnya, melainkan
juga untuk memenuhi perintah dewa.
2. Mereka
lebih menonjolkan pada segi perasaan dari pada rasio.
3. Mereka
sangat mengutamakan (concern) pada kesejahteraan hidup dan kepastian hidup.
4. Mereka
sangat menghargai prokreasi, yakni untuk mempunyai keturunan yang banyak.
5. Mereka
mendambakan kekayaan
6.
Menghubungkan keadilan sosial dengan pekerjaan.
Berdasarkan penelitian James Danandjaja
diberapa desa seperti Trunyan di Bali, dan Sitelu Banuadi pulau Nias bagian
utara, saya berkesimpulan bahwa seperangkat sikap dan nilai petani desa, paling
sedikit, dapat ditambah lagi dengan tiga sikap dan nilai, yakni:
7. Mereka
bersikap konservatif.
8. Mereka
gemár memamerkan kekayaan.
9. Strategi
yang mereka pergunakan untuk menolak paksaan dan luar adalah dengan
carapenolakan yang bersifat pasif (passive resistance).
Konsep Redfield mengenai seperangkat sikap dan
nilai yang dimiliki masyarakat pétani desa tersebut, sangat berguna untuk
dijadikan penelitian secara lintas budaya (cross-cultural studies). Sifat tipe
kepnibadian petani desa yang dirumuskan Redfield tersebut, dapat kita
bandingkan dengan konfigurasi kebudayaan Apollonian Ruth Benedict.
Teori Kepribadian Status Ralph Linton
Dalam kenyataan, untuk dapat hidup secara
efektif di dalam masyarakat, kota tidak hanya cukup memiiki sejenis kepribadian
tipikal saja, melainkan memerlukan seperangkat kepribadian tipikal, yang ada
hubungannya dengan peran yang harus kita bawakan dalam kehidupan sehari-hari.
Hal ini disebabkan karena dalam kenyataan kita mempunyai lebih dari satu
kedudukan (status) Jadi kepribadian
status adalah seperangkat kepribadian tipikal. yang sesuai dengan status
seorang di dalam masyarakatnya. Status tersebut antara lain dapat berkaitan
dengan pekerjaannya (occupational status). Seorang pribadi yang menduduki suatu
status sosial, harus mengembangkan sikap dan emosi yang sesuai dan berguna bagi
status tersebut. Banyak dari tipe kepribadian berbeda (seperti introvert dan
ekstrovert) dapat berkatan dengan status tertentu yang harus disandang oleh
seorang pribadi, dan harus dimiliki secara permanen atau sementara selama ia
harus membawakan peran yang berkaitan dengan suatu status. Ada kalanya
kepribadian perorangan, seorang sesuai sekali dengan kepribadian status
tertentu yang ia harus bawakan. Tetapi pada kesempatan lain dapat juga
berlawanan.
Teori Struktur Kepribadian Dasar
Kardiner, Linton dan DuBois
Menurut Kardiner, Linton dan kawan-kawan,
struktur Kepribadian Dasar adalah:
“Intisari dari kepribadian, yang dimiliki oleh kebanyakan anggota
masyarakat, sebagai akibat pengalaman mereka pada masa kanak-kanak yang sama
(Kardiner, dkk., 1959: Struktur Kepribadian
Dasar ini sebenarnya adalah alat penyesuaian diri individu, yang umum bagi
semua individu di dalam suatu masyarakat. Yang termasuk dalam struktur
kepribadian dasar adalah:
1) teknik
berfikir (technique of thinkings), misalnya apakah ilmiah atau animistis;
2) sikap
terhadap benda hidup atau mati (attitude toward objects), misalnya menerima
atau menolak, tergantung dari pengalamannya sewaktu masih kanak-kanak (anak
yang semasa kecilnya dikejami ibunya, setelah dewasa akan menolak wanita
misalnya);
3) system
keamanan dan kesejahteraan (security system), yang dapat dinilai dari kecemasan (anxiety) dan kekecewaan karena
ketidakberdayaan (frustration) sewaktu masih kanak-kanak (seorang anak yang
semasa kanak-kanaknya selalu dalam keadaan kelaparan, akan menjadi orang yang
bersifat hemat setelah dewasa misalnya); dan pembentukan super ego, atau bagian
kepribadian dari individu yang terbentuk dengan jalan mengambil-alih pandangan
hidup dari orang tuanya (Kardiner, 1961 : 230).
Yang dimaksud
dengan pranata (institution) adalah segala bentuk fikiran atau ketata kelakuan,
yang sudah tetap dari sekelompok individu (masyarakat) yang dapat
dikomunikasikan, data yang telah diterima scbagai milik bersama. Pelanggaran
atau penyimpangan terhadap hal tersebut dapat menimbulkan gangguan pada
individu dan kelompoknya (Kardiner, 1959: 25).
Pranata dapat dibagi menjadi dua golongan,
yang oleh Kardiner disebut sebagai
1. Yang
termasuk Pranata Pertama adalah organisasi kekerasan (family organization);
sistem pembentukan perasaan eklusifisme (ingroup formation); sistem tata tertib
dasar (basic disciplines); cara pemberian makan anak-anak bayi, penyapihan,
adapt merawat anak dengan telaten atau melalaikan; latihan buang air besar
(anal training); larangan melakukan perhubungan
seksual (sexual taboo); cara pemuasan kebutuhan primer (subsistance
technique), dan sebagainya (Kardiner, 1961: 471).
2. Yang
termasuk Pranata Kedua adalah: sistem larangan (tabbo systems); cerita rakyat;
cara yang dipergunakan untuk menghadapi mereka (technique used in dealing with
them), dan sebagainya (Kardiner, 1961: 471).
Menurut Kardiner dan kawan-kawan, kelompok
yang tergolong Pranata Pertama, harus mempunyai pengaruh tertentu terhadap
Struktur Kepribadian Dasar, dan individu-individu yang langsung terkena
pengaruh kelompok pranata tersebut. Dan pengaruh yang bersifat bertimbun banyak
(akumulatif) serta efektif itu, akan memaksa para individu tersebut untuk
menyesuaikan diri terhadap mereka. Berhubung individu-individu dalam suatu
kolektif biasanya mengalami pengaruh pranata yang identik, maka alat
penyesuaian diri yang dikembangkan (Struktur Kepribadian Dasar) biasanya mirip
satu sama lain.
Kardiner dan kawan-kawan berpendapat bahwa
tipe Kepribadian Dasar diperoleh karena suatu kolektif mempunyai pengalaman
masa kanak-kanak yang sama, yaitu berupa pegasuhan
anak (child rearing). Akibatnya kolektif yang mempunyai cara pengasuhan
yang berbeda akan menghasilkan tipe Kepribadian Dasar yang berbeda pula.
Pendapat tersebut di atas dapat dimasukkan ke
dalam Determinisme Pengasuhan Anak (child rearing determinism). Dasar pemikiran
aliran ini jelas dipengaruhi oleh pendapat Freud, yang mengatakan bahwa
pengalaman masa kanak-kanak penting bagi pembentukan kepribadian seorang
setelah dewasa nanti.
Teori Kepribadian Rata-rata Cora DuBois
Jika
strukturkepribadian dasar dani suatu suku bangsa dianggap sebagai tipe
kepribadian pada umumnya dan para anggotanya, maka struktur kepribadian
rata-rata adalah tipe kepribadian dan sebagian besar para anggota suatu suku
bangsa, yakni sedikitnya 51% dari jumlah seluruh anggotanya. Terjadinya tipe kepribadian rata-rata.
menurut Cora DuBois, adalah sebagai hasil saling pengaruh-mempengaruhi antara
kecenderungan dan pengalaman dasar, yang ditentukan oleh proses fisiologis dan
neurologi. Tipe kepribadian rata-rata ini pada umumnya, ada pada kolektif
manusia dalam usahanya menghadapi lingkungan kebudayaannya, yang
mengingkarinya/menolaknya (deny), mengarahkannya (direct), dan memuaskan segala
kebutuhannya. Kebutuhan setiap kolektif dapat berbeda-beda, sehingga tipe
kepribadian rata-ratanya dapat juga berbeda.
Teori Kepribadian Orang Modern Alex
Inkeles
Menurut Ia
tujuan utama pembangunan ekonomi adalah memungkinkan setiap orang untuk
mencapai suatu taraf hidup yang layak. Tetapi tidak seorang pun yang yakin
bahwa kemajuan suatu negara atau bangsa harus diukur berdasarkan Penghasilan
Nasional Kotor (Gross National Product) serta Penghasilan per kapita.
Pembangunan juga mencakup ide pendewaan politik seperti yang tampak dalam suatu
proses pemerintahan yang stabil dan teratur berdasarkan keinginan yang
dinytakan rakyat. Penyelenggaraan pendidikan rakyat juga termasuk ke dalamnya,
demikian pula perkembangan kesenian, arsitektur, pertumbuhan alat-alat
komunikasi dan bertambahnya waktu istirahat. Sesungguhnya, pada akhirnya ide
pembangunan mengharuskan adanya perubahan watak manusia suatu perubahan yang
merupakan alàt untuk mencapai tujuan yang berupa pertumbuhan yang lebih lanjut
lagi, dan bersamaan dengan itu, juga menciptakan tujuan besar proses
pembangunan itu sendiri (Inkeles, L966: 151). perubahan watak manusia tersebut
adalah perubahan watak dari yang tradisional menjadi yang modern.
Menurut Inkeles,
ciri dalam orang modern sedikitnya ada sembilan, yakni:
1) mempunyai
kesediaan untuk menerirna pengalaman baru dan keterbukaan bagi pembaharuan dan
perubahan;
2) berpandangan
luas, tidak terpukau pada masalah di sekitar hidupnya saja, melainkañ juga
masalah negara atau dunia,
3) tidak
mementingkan masa lampau, melainkan masa kini dan masa yang akan datang, selain
itu juga menghargai waktu sehingga terikat padanya;
4) suka bekerja
dengan perencanaan dan organisasi yang ketat;
5) yakin akan
kemampuan manusia, untuk menguasai alam, tidak lagi menyerahkan hidupnya kepada
kemauan lain
6) yakin bahwa
kehidupannya dapat diperhitungkan, dan bukan ditetapkan oleh nasib;
7) bersedia
menghargai martabat orang lain, terutama wanita dan anak-anak;
8) percaya pada
ilmu pengetahuan dan teknologi; dan
9) menganut
prinsip bahwa ganjaran seharusnya diberikan sesuai dengan tindakan dan
prestasi, dan bukan karena kedudukan atau berdasarkan kelahiran seorang, dengan
kata lain mengusahakannya adanya keadilan dalam pembagian (Inkeles, 1966:
154-157).
Teori Determinisme Masa Kanak-kanak dalam
Hubungan Kajian Wátak Bangsa
a. Hipotesa Latihan Buang Air Besar Geofrey Gorer
Pada 1943 Gorer
menerbitkan kesimpulannya mengenai Watak Bangsa Jepang dalam artikelnya yang
berjudul: “Themes in Japanese Culture (1949), menunjukan keterpukauan perhatian
(preoccupation) orang Jepang yang berkelebihan terhadap upacara, kerapian dan
ketertiban, sehingga dapat dibandingkan dengan sifat gangguan jiwa compulsive
neurotic (gangguan jiwa yang berbuat sesuatu di luar keinginannya) yang
menghinggapi beberapa orang di Eropa. Menurut hipotesanya, penyebab utamanya
adalah Latihan Buang Air Besar (toilet training) yang diperoleh semasa
kanak-kanak.
Sudah tentu
hipotesa Gorer ini terlalu bersifat determinisme masa kanak-kanak, sehingga
mendapat kritik dari sarjana lain. mnisalnya menganggap bahwa penyebab
terbentuknya sifat tertib dan rapi orang Jepang adalah kode Samurai (Samurai
code)
b. Hipotesa pembedungan Anak Geofrey Gorer
Goner di
dalaffilapangan kehidupan lain daii anak Rusia, tidak ada pengalaman yang dapat
; tetapi dalam hal gerak, bayi Rusia telah mengalami hâmbatan, sebagai akibat
adanya kebiasaan pembedungan pada anaic keel. Sejak lahir seorang anak bayi Rusia dibedung (dibarut)
erat-erat dengan sehelai kain panjang, yang mengikat kedua tungkai bawahnya
maupunkedua tungkai atasnya, lums di kedua samplñg tubulmya.
Menurut Goner
pembedungan mi sangat menghambat bukan saja terhadap gerak-gerik si anak,
melainkan juga ekspresi emosionalnya. Hal mi disebabkan karena seorang bayi
mengekspresikan einosinya melalui seluruh tubuhnya, dan bukan hanya melalui
wajah mukanya saja. Ia akan menjelajahdan memeriksa dunia dengan mulut dan
tangannya. Oleh karenanya dengan dibedung jiwanya terkekang, sehingga
menimbulkan frustasi, karena merasa mendongkol, kecewa, serta putus asa. Sebagai
akibat adanya kekangan fisik ml, timbullah sifat manic depressive massal pada
orang Rusia dewasa pada umumnya) Sifat depresif tiinbul sebagai akibat
terkekang perasaan selama dibedung, sehingga timbul putus asa. Sifat manic
timbul sewaktu seorang anak Rusia dileas dan bedungnya, sewaktu disusui dan
memperoleh kasih ibunya.
Gorerjuga
sadan ada bangsa lain yang juga mempraktekkan tersebut tidak sampai
mengaklbátkan timbulnya kepribadian tipikal yang bersifat manic depressive. Sebab,
(1) Cara pembedungan di dunia- beraneka ragam. Di perancis niisainya
seoràngbayi hanya dibcdung tubulinya saja (torso), sedangkan. keempat tungkai
bébas; di Italia yang dibedung adalah tubuh dan kedua tungkai bawahnya, sedang
kedua-tungkai atashya tidak; (2) Lama waktu pembedungan tidak sama di selunih
dunia.
$edikitnya ada
dua kebaikan hipotesa Gorer yang dapat-kita nbil: (1) hipotesa Gorer yang
menganggp bahwa 5 sampai 6 tahun Pertama dan penghidupan seorang anak bayi
penting bagi pembentukan kepnbadian dewasanya kelak, ádalah yang kini banyak
(haflut Para ahil yang mempelajari perkembangan kanak-kanak; (2) walau ada
banyak kelemahan, namun hipotesanya inipenting, karena sedikitnya dapat
dijadikan pennasalahan untuk diuji di lapangan.
c. Konsep Schismogenesis Gregory Bateson
Menurut konsep
Schismogenesis ml, seorang individu belajar dengan jalan mengambil alih pola watak (characteristic patternS) dan
hübungan peran (role) dalam masyarakat tempat Ia diajarkan. Misalnya seorang
anak dalam hubungannya dengan orang tuanya, akan mengambil peran sebagai pihak
yang menggantungkan diri (dependence), sedang orang ma sebagai fihak yang
memberi bantuan (succoring). Oleh karena itu berdasarkan konsep Schisrnogenesis
ini, jika kita hendak meneliti pola watak suatu suku bangsa kita harus melihat interaksi bipolamya. Interaksi bipolar untuk hubungan
orang tua dan anaknya misalnya adalah :bersifat sebagai penguasa (dominance)—
sebagai oràng yang dikuasai (submission); bersifat sebagai orang yang memberi
bantuan (succorance) — bersifat sebagai orang yang miggantungkan kliri
(dependence); dan bersifat mempertontonkan din (exhibitionism)— bersifat
menjadi penonton (spectatorship).
Teori Watak Bangsa
Tujuan utama
penelitian watak bangsa adalah untuk lebih memahami kepribadian lawan, kawan,
dan juga bangsa sendiri dalam masa perang. Teori Watak Bangsa mi adalah
perluasan dan teori Antropologi Psikologi, dan di samping itu juga memberi sumbangan
dasar pada teori induknya itu.
Menunut Milton
Singer, berbagai teori -mengenai watak bangsa. dapat dikelompokkan menjadi tiga
golongan, yakni:
(a) Watak hangsa
yang dipandang sebagal watak kebudayaan (cultural character);
(b) Watak bangsa
yang dipandang sebagai watak masyarakat (social character); dan
(c) Watak bangsa
yang dipandang sebagai kepnibadian rata-rata (modal.personaljty).
Tidak ada komentar:
Posting Komentar