Senin, 21 Januari 2013

Catatan Kecil Psikologi Antropologi

..............Catatan Kecil Psikologi Antropologi..........

 
 
Joseph Campbell : Mitos memiliki 4 fungsi utama sbb :

1.       Fungsi Mistis – Menafsirkan kekaguman atas alam semesta

2.       Fungsi Sosiologis – Mendukung dan mengesahkan tata tertib sosial tertentu

3.       Fungsi Kosmologis – Menjelaskan bentuk alam semesta

4.       Fungsi Pendagogis – Bagaimana menjalani hidup sebagai manusia dalam keadaan  apapun.

Mitos Bawah Sadar Kolektif / Arketipe– Carl Gustav Jung

Mitologi merupakan akumulasi gambaran gambaran yang parallel dengan kehidupan manusia, akumulasi yang bertumbuh dalam ketidaksadaran dan didalamnya aspek aspek tertentu dari eksistensi manusia mendapatkan ungkapan secara simbolis

Hal ini sejalan dengan suatu pemikiran yang telah dikemukakan oleh Carl Gustav Jung tentang pengembangan dari suatu teori Sigmund freud tentang alam tak sadar kolektif dan isi psikisnya. Mitos “bawah sadar kolektif” tersebut dinamai arketipe, bilamana kita tarik garis maka akan menjadi jelas buat kita bahwa suatu mitologi dapat berpengaruh secara nyata di dalam keseharian masyarakat .

Pengertian arketipe berasal dari hasil penyelidikan yang berulang-ulang. Misalnya cerita mite dan dongeng-dongeng dari dunia sastra mengandung pola-pola dasar tertentu, yang muncul dimana-mana. Kita menemukan pola-pola dasar yang sana ini dengan fantasi-fantasi, mimpi-mimpi, igauan-igauan, dan khayalan-khayalan dari individu yang hidup hari ini. Bayangan-bayangan dan asosiasi-asosiasi yang khas inilah yang disebut oleh Carl Gustav Jung sebagai gagasan-gagasan arketipis. Semakin hidup gagasan-gagasan arketipis ini, semakin mereka diwarnai khusus oleh nada dasar perasaan yang kuat. Mereka meninggalkan kesan, mempengaruhi dan menarik perhatian kita. Gagasan-gagasan arketipis ini berasal dari arketipe, yang dari dirinya sendiri merupakan suatu bentuk yang tak kelihatan, tak sadar, praeksisten. Bentuk ini merupakan bagian dari struktur warisan milik psike dan ia bisa mengungkapkan diri secara spontan dimana saja dan kapan saja. Karena kodrat nalurinya, arketipe memberi otonomi kepada kompleks itu.

Bunuh diri sebagai imitasi/meniru – Teori Pembelajaran Sosial Albert Bandura

        Determinis Resiprokal (reciprocal determinism): pendekatan yang menjelaskan tingkah laku manusia dalam bentuk interaksi timbal-balik yang terus menerus antara determinan kognitif, behavioral dan lingkungan. Orang menentukan/mempengaruhi tingkahlakunya dengan mengontrl lingkungan, tetapi orang itu juga dikontrol oleh kekuatan lingkungan itu. Determinis resiprokal adalah konsep yang penting dalam teori belajar sosial Bandura, menjadi pijakan Bandura dalam memahami tingkah laku. Teori belajar sosial memakai saling-determinis sebagai prinsip dasar untuk menganalisis fenomena psiko-sosial di berbagai tingkat kompleksitas, dari perkembangan intrapersonal sampai tingkah laku interpersonal serta fungsi interaktif dari organisasi dan sistem social.

Mitos dari Sudut Pandang Psikologi & Ilmu Pengetahuan

Munculnya pemahaman modern mengenai mitologi Yunani dianggap oleh para sejarawan sebagai reaksi ganda pada akhir abad kedelapan belas melawan "sikap tradisional rasa permusuhan Kristen", yang mana sikap agama Kristen, yang mengganggap bahwa mitos merupakan suatu "kebohongan" atau fabel, telah dipertahankan. Di Jerman, sekitar tahun 1795, berkembang rasa ketertarikan terhadap Homeros dan mitologi Yunani. Di Göttingen, Johann Matthias Gesner mulai membangkitkan kembali studi mitologi Yunani, sedangkan penerusnya, Christian Gottlob Heyne, bekerja dengan Johann Joachim Winckelmann, dan mendirikan dasar bagi riset mitologi baik di Jerman maupun di tempat-tempat lainnya.

Bagi Karl Kerényi mitologi adalah "sekummpulan materi yang terkandung dalam kisah-kisah tentang makhluk mirip dewa, pertempuran pahlawan dan perjalanan ke Dunia bawah—mythologem adalah kata Yunani yang terbaik untuk itu—kisah-kisahnya sudah banyak dikenal namun tidak dapat menerima pembentukan ulang".

 

Pendekatan psikoanalitis dan komparatif

Sigmund Freud memperkenalkan konsepsi biologis dan transhistoris mengenai manusia serta pendangan terhadap mitos sebagai suatu ekpsresi dari gagasan yang ditekan. Tafsir mimpi merupakan dasar dari interpretasi mitos Freud dan konsep Freud mengenai cara kerja mimpi mengenali pentingnya hubungan kontekstual untuk menafsirkan unsur individual apapun dalam sebuah mimpi. Menurut Freud, teorinya ini akan menemukan poin yang penting dalam penyesuaian antara pendekatan strukturalis dan psikoanalitis terhadap mitos. Carl Jung memperluas pendekatan psikologis dan transhistoris itu dengan teorinya mengenai "alam bawah sadar kolektif" dan arketipe (pola-pola "arkais" yang diturunkan), seringkali diulang-ulang dalam mitos, yang muncul dari itu. Menurut Jung, "unsur struktural pembentuk mitos pasti ada di alam bawah sadar”. Membandingkan metodologi Jung dengan teori Joseph Campbell, Robert A. Segal menyimpulkan bahwa "untuk menafsirkan mitos, Campbell secara sederhana mengidentifikasi arti di dalamnya. Interpretasi terhadap Odisseia, misalnya, dapat menunjukkan bagaimana kehidupan Odisseus menyesuaikan diri dengan pola kepahlawanan. Berlawanan dengan Jung, yang berpendapat bahwa identifikasi arketipe hanya semata-mata langkah pertama dalam menfasirkan mitos". Karl Kerényi, salah satu pendiri studi modern mengenai mitologi Yunani, meninggalkan pandangan awalnya tentang mitos, supaya dapat menerapkan teori Jung pada mitologi Yunani.

Teori asal usul

Max Müller dianggap sebagai salah satu pendiri ilmu perbandingan mitologi. Dalam karyanya Mitologi Perbandingan (1867) Müller menganalisa kemiripan yang "mengganggu" antara mitologi-mitologi dari "ras biadab" dengan mitologi milik bangsa Eropa awal.

Ada beragam teori modern mengenai asal usul mitologi Yunani. Menurut Teori Kitab, semua legenda mitologi berasal dari cerita-cerita dalam naskah kuno, meskipun fakta nyata telah disamarkan dan dimodifikasi.Menurut Teori Sejarah semua orang yang disebutkan dalam mitologi dulunya merupakan manusia nyata, dan legenda mengenai mereka merupakan tembahan pada masa selanjutnya.. Teori Alegori menyatakan bahwa semua mitos kuno bersifat simbolis dan merupakan alegori atau kiasan. Sementara Teori Fisik menyebutkan gagasan bahwa unsur-unsur semacam udara, api, dan air, pada awalnya merupakan obejk pemujaan relijius, sehingga dewa-dewa utama merupakan personifikasi dari kekuatan alam tersebut. Max Müller berupaya untuk memahami bentuk keagamaan India-Eropa dengan cara melacaknya kembali pada banga Arya, perwujudan "asli"nya. Pada tahun 1891, dia menyebutkan bahwa "penemuan terpenting yang pernah dibuat pada abad kesembilan belas dengan rasa hormat pada sejarah kuno umat manusia ... adalah persamaan sederhana ini: Dyaus-pitar Sansakerta = Zeus Yunani = Yupiter Latin = Tyr Nordik Kuno".

Di pihak lain, arkeologi dan mitografi telah mengungkapkan bahwa bangsa Yunani terilhami oleh beberapa peradaban di Asia Kecil dan Timur Dekat. Adonis nampaknya merupakan padanan versi Yunani dari "dewa yang mati" dari daerah Timur Dekat, yang lebih jelas dalam kultus daripada dalam mitos. Dewi Kibele berakar dari kebudayaan Anatolia, yang juga merupakan tempat munculnya ikonografi Afrodit dari dewi-dewi Semit. Ada juga kemungkinan kesetaraan antara generasi dewa terawal (Khaos dan anak-anaknya) dengan Tiamat dalam Enuma Elish. Menurut Meyer Reinhold, "konsep kedewaan Timur, yang melibatkan pergantian kekuasaan melalui kekerasan dan konflik antargenerasi demi kekuasaan, menemukan jalan mereka ke dalam mitologi Yunani".

Selain berasal dari India-Eropa dan Timur Dekat, beberapa sejarawan juga mengajukan pendapat bahwa mitologi Yunani dipengaruhi pula oleh peradaban pra-Hellenik, di antaranya peradaban di Kreta, Mykenai, Pylos, Thebes dan Orkhomenos. Para sejarawan agama terkagum-kagum oleh sejumlah konfigurasi kuno mengenai mitos yang berkaitan dengan Kreta (Zeus dan Europe, Banteng Kreta, Minos, Daidalos dan Ikaros, Minotaur, dll.). Profesor Martin P. Nilsson menyimpulkan bahwa semua mitos besar Yunani Klasik terikat pada pusat-pusat peradaban Mykenai dan berasal dari masa prasejarah. Namun demikian, menurut Burkert, ikonografi dari Periode Istana Kreta hanya memberikan sedikit informasi yang dapat mendukung teori ini.

 

METODE PENELITIAN ANTROPOLOGI PSIKOLOGI

1. Metode Etnografis

        Metode Wawancara ( Wawancara dengan rencana dan tanpa rencana)

        Pengamatan (Langsung dan tidak langsung)

2. Metode Ilmu Sosial

        Metode pengumpulan data riwayat hidup individu

        Metode Penggunaan Test Test Proyektif (Ro dan TAT)

        Metode Mencatat Mimpi

        Metode Survey Lintas Budaya,  Data  data yang  dikumpulkan bukan dari lapangan tapi di ambil dari HRAF (Human RelationArea Files) yang kadang ditambahkan dengan data dari sumber lain. HRAF adalah sebuah sistem kartu yang luas sekali mengandung data data etnografi dari beberapa ratus masyarakat dari daerah kebudayaan yang berbeda. Sistem kartu dibuat sangat baik sehingga orang dengan cepat bisa memperoleh data yang diinginkan dengan mempelajari sistem kodenya. Lebih mudah daripada penelitian di perpustakaan karena HRAF mengabstraksikan bahan bahan keterangan atau buku buku karya etnografi dari berbagai kebudayaan.

Para peneliti antropologi psikologi meneliti hubungan antara praktek pengasuhan anak dengan unsur unsur kebudayaan lainnya dari masyarakat, Whiting & Child (1953) menganggap bahwa pengasuhan anak berpengaruh terhadap sifat sifat kepribadian anak yang bersangkutan dan sifat sifat kepribadian tersebut akan tetap menjadi kepribadian setelah dia dewasa kelak.

 

TES RORSCHACH (TES RO)

Test dengan menggunakan gambar yang berupa noda tinta yang sudah di standarisasikan, terdiri dari 10 lembar kartu, 5 kartu warna hitam dan abu abu, 2 kartu dengan tambahan warna merah terang, 3 kartu lainnya dengan tambahan aneka warna pastel.

Kegunaan :

 Mencari struktur kepribadian,  Kekuatan ego, Intelektual,  Kemampuan berfikir

Kekurangan penggunaan test dalam penelitian kebudayaan :

1. Nilai dalam penelitian diragukan dan menghabiskan waktu banyak

2. Pengetest harus menguasai bahasa responden

3. Responden harus terpisah dari orang lain

Kelebihan penggunaan test dalam penelitian kebudayaan :

1. Subjek yang di test tidak pandai membaca dan menulis

2. Percobaan juga tidak terikat kepada kebudayan tertentu (karena noda-noda itu, menurut arnouw, tidak menggambarkan sesuatu yang khusus),

3. Dapat dicobakan  kepada orang-orang yang  berbeda-beda umumnya, kepada anak-anak dan kepada orang dewasa.

TAT (Test Apresepsi Tematik)

Menggunakan 20 kartu yang bersifat ambigu dan responden diminta mengarang cerita dari kartu yang dilihatnya.

Kegunaan

Mengetahui dorongan-dorongan  dominan, emosi emosi, sentimen sentimen, kompleks dan pertentangan dari kepribadian

Kekurangan penggunaan test dalam penelitian kebudayaan :

1. Terikat oleh suatu kebudayaan (culture bond) yaitu budaya barat

2. Perlu adaptasi jika digunakan untuk lintas budaya

Kelebihan penggunaan test dalam penelitian kebudayaan – Tidak disarankan untuk penelitian lintas budaya

 

 

 

 Teori Seksualitas Kanak-kanak Sigmund Freud

Menurut Freud, manusia memiliki dua macam dorongan vital (vital drive), yakni dorongan untuk melindungi diri (the drive of self preservation), dan dorongan untuk berkembang-biak (the drive toward procreation), yaitu dorongan untuk memelihara kelangsungan hidup dari jenis manusia.

kompleks Oedipus pada anak laki-laki timbul karena si anak ingin bersetubuh dengan ibu kandungnya dan melenyapkan saingannya yaitu ayah kandungnya sendiri. Kompleks Oedipus ini akan ditanggulangi oleh kecemasan akan dikebiri (castration enxiey). Sebaliknya kompleks Electra pada anak perempuan timbul karena adanya iri hati terhadap penis (penis envy). Iri hati ini menyebabkan ia dekat dengan ayahnya dan menjauhi ibunya, yang dianggap sebagai penyebab terhadap kekurangannya itu. Kompleks Electra ini dapat ditanggulangi setelah si gadis dapat menerima kenyataan bahwa ia sudah “dikebiri”.

Gejala Kompleks Oedipus, menurut Malinowski hanya mungkin ada dalam masyarakat di mana tokoh ayah bersifat otoriter dan keras, dan mewajibkan disiplin yang sangat ketat bagi anak-anaknya. terutama bagi anak laki-lakinya. Keadaan ini tidak berlaku di dalam kebudayaan yang berasaskan matrilineal sepeiti di Trobriand. Sebabnya, di sana ayah bukan tokoh kerabat yang mempunyai kewajiban mengasuh anak, sehingga Ia tidak perlu bersikap otoriter terhadap anaknya. Sebaliknya, saudara laki-laki ibunya (mamak) yang menjadi tokoh pengasuh si anak. Karena itu si anak merasa tidak punya alasan untuk menjadikan hal tersebut sebagai penyaing cinta bundanya. Dengan kesimpulan ini Malinowski menganggap Freud salah, apalagi Freud menganggap bahwa gejala Kompleks Oedipus itu sebagai gejala psikologis seksual yang universal.

Teori Gejala Masalah Akil Baliq Margaret Mead

Perbedaan kepribadian antara laki-laki dan wanita, bukan perbedaan biologis universal, melainkan suatu perbedaan yang ditentukan oleh kebudayaan, oleh sejarah, dan struktur sosial masyarakat bersangkutan.

Teori Pola Kebudayaan Ruth Benedict

Teori Pola Kebudayaan/teori konfigurasi teori Mozaik /teori Representation Collectives, atau teori Etos Kebudayaan. Konfigurasi adalah perumusan yang sangat abstrak tentang integrasi suatu kebudayaan dan masyarakat (cita-cita dan pandangan hidup).  Teori Benedict dapat diringkas sebagai berikut “Di dalam setiap kebudayaan ada aneka ragam tipe temperamen, yang telah ditentukan oleh faktor keturunan (genetik) dan faktor ketubuhan (konstitusi), yang timbul berulang-ulang secara universal. Namun setiap kebudayaan hanya memperbolehkan sejumlah terbatas dari tipe temperamen tersebut berkembang. Dan tipe-tipe temperamen tersebut hanya yang cocok dengan konfigurasi dominan.

Dewasa ini teori mengenai asumsi tentang kebudayaan sebagai pencetak tabiat manusia yang plastis telah digantikan oleh teori mengenai sangat pentingnya peranan praktek pengasuhan anak (child rearing practices), dalam pembentukan kepribadian seorang anak setelah dewasanya kelak (Kardiner, 1939; Eggãn, 1943; Goldfrank, 1945; Erikson, 1945). Asumsi terakhir sangat terkenal dan berdasarkan teori-teori mengenai belajar, tumbuh kembang individu, dan psikoanalisa (learning and individual growth theories, and on psychoanalysis). Mengenai teori tersebut akan dibicarakan pada waktu kita sampai pada teori Struktur Kepribadian Dasar dari Kardiner, Linton dan DuBois, di belakang nanti. Di dalam karya-.karya yang kemudian, Benedict juga memasukkan beberapa diskusi tentang praktek pengasuhan tanpa melibatkan dirinya dalam salah-satu teori psikologi (seperti learning theory misalnya). Dia berkecenderungan untuk menekankan bahwa yang penting bukan ada atau tidak adanya praktek-praktek pengasuhan anak  tertentu, tetapi caranya praktek pengasuhan itu diintegrasikan dengan, dan dinyatakan pada suatu konfigurasi khusus dan kebudayaan. Pendapat in i memang cocok dengan teori konfigurasi, yang kemudian menjadi dasar teori watak bangsa (national character).

Teori Benedict ini oleh F. Boas dianggap sebagai suatu usaha untuk mengerti individu sebagai makhluk dalam kebudayaan dan kebudayaan sebagai suatu wadah yang didiami individu.

Teori Gaya Hidup Petani Desa Robert Redfield

Untuk menerangkan teorinya ini, Redfield membedakan masyarakat di dunia ini menjadi tiga macam, yakni masyarakat folk (folk society); masyarakat petani desa (peasant society) dan masyarakat perkotaan (urban society). Masyarakat folk adalah masyarakat yang telah ada sebelum timbulnya kota. Istilah lain yang sinonim adalah tribal society, yang dahulu sering juga disebut sebagai masyarakat “primitive”, atau masyarakat terpencil. Masyarakat folk ini sedikit sekali mendapat pengaruh dari peradaban besar di dunia seperti Han (Cina), Yunam, India, Islam dan lain-lain.

Redfield mengatakan masyarakat petani desa bersifat setengah masyarakat (a half society) dan kebudayaan bersifat setengah kebudayaan (at half culture) (Redfield, 1967: 25-26). Redfield percaya tentang adanya gaya hidup (life style) khas masyarakat petani desa, yakni yang ditandai oleh seperangkat sikap dan nilai sebagai berikut:

1. Sikap yang praktis dan mencari yang berfaedah (utilitarian) terhadap alam. Motifikasinya untuk bekerja bukan saja untuk menghasilkan sesuatu bagi hidupnya, melainkan juga untuk memenuhi perintah dewa.

2. Mereka lebih menonjolkan pada segi perasaan dari pada rasio.

3. Mereka sangat mengutamakan (concern) pada kesejahteraan hidup dan kepastian hidup.

4. Mereka sangat menghargai prokreasi, yakni untuk mempunyai keturunan yang banyak.

5. Mereka mendambakan kekayaan

6. Menghubungkan keadilan sosial dengan pekerjaan.

 Berdasarkan penelitian James Danandjaja diberapa desa seperti Trunyan di Bali, dan Sitelu Banuadi pulau Nias bagian utara, saya berkesimpulan bahwa seperangkat sikap dan nilai petani desa, paling sedikit, dapat ditambah lagi dengan tiga sikap dan nilai, yakni:

7. Mereka bersikap konservatif.

8. Mereka gemár memamerkan kekayaan.

9. Strategi yang mereka pergunakan untuk menolak paksaan dan luar adalah dengan carapenolakan yang bersifat pasif (passive resistance).

 Konsep Redfield mengenai seperangkat sikap dan nilai yang dimiliki masyarakat pétani desa tersebut, sangat berguna untuk dijadikan penelitian secara lintas budaya (cross-cultural studies). Sifat tipe kepnibadian petani desa yang dirumuskan Redfield tersebut, dapat kita bandingkan dengan konfigurasi kebudayaan Apollonian Ruth Benedict.

Teori Kepribadian Status Ralph Linton

 Dalam kenyataan, untuk dapat hidup secara efektif di dalam masyarakat, kota tidak hanya cukup memiiki sejenis kepribadian tipikal saja, melainkan memerlukan seperangkat kepribadian tipikal, yang ada hubungannya dengan peran yang harus kita bawakan dalam kehidupan sehari-hari. Hal ini disebabkan karena dalam kenyataan kita mempunyai lebih dari satu kedudukan (status)  Jadi kepribadian status adalah seperangkat kepribadian tipikal. yang sesuai dengan status seorang di dalam masyarakatnya. Status tersebut antara lain dapat berkaitan dengan pekerjaannya (occupational status). Seorang pribadi yang menduduki suatu status sosial, harus mengembangkan sikap dan emosi yang sesuai dan berguna bagi status tersebut. Banyak dari tipe kepribadian berbeda (seperti introvert dan ekstrovert) dapat berkatan dengan status tertentu yang harus disandang oleh seorang pribadi, dan harus dimiliki secara permanen atau sementara selama ia harus membawakan peran yang berkaitan dengan suatu status. Ada kalanya kepribadian perorangan, seorang sesuai sekali dengan kepribadian status tertentu yang ia harus bawakan. Tetapi pada kesempatan lain dapat juga berlawanan.

Teori Struktur Kepribadian Dasar Kardiner, Linton dan DuBois

 Menurut Kardiner, Linton dan kawan-kawan, struktur Kepribadian Dasar adalah:  “Intisari dari kepribadian, yang dimiliki oleh kebanyakan anggota masyarakat, sebagai akibat pengalaman mereka pada masa kanak-kanak yang sama (Kardiner, dkk., 1959:  Struktur Kepribadian Dasar ini sebenarnya adalah alat penyesuaian diri individu, yang umum bagi semua individu di dalam suatu masyarakat. Yang termasuk dalam struktur kepribadian dasar adalah:

1) teknik berfikir (technique of thinkings), misalnya apakah ilmiah atau animistis;

2) sikap terhadap benda hidup atau mati (attitude toward objects), misalnya menerima atau menolak, tergantung dari pengalamannya sewaktu masih kanak-kanak (anak yang semasa kecilnya dikejami ibunya, setelah dewasa akan menolak wanita misalnya);

3) system keamanan dan kesejahteraan (security system), yang dapat dinilai dari  kecemasan (anxiety) dan kekecewaan karena ketidakberdayaan (frustration) sewaktu masih kanak-kanak (seorang anak yang semasa kanak-kanaknya selalu dalam keadaan kelaparan, akan menjadi orang yang bersifat hemat setelah dewasa misalnya); dan pembentukan super ego, atau bagian kepribadian dari individu yang terbentuk dengan jalan mengambil-alih pandangan hidup dari orang tuanya (Kardiner, 1961 : 230).

Yang dimaksud dengan pranata (institution) adalah segala bentuk fikiran atau ketata kelakuan, yang sudah tetap dari sekelompok individu (masyarakat) yang dapat dikomunikasikan, data yang telah diterima scbagai milik bersama. Pelanggaran atau penyimpangan terhadap hal tersebut dapat menimbulkan gangguan pada individu dan kelompoknya (Kardiner, 1959: 25).

 Pranata dapat dibagi menjadi dua golongan, yang oleh Kardiner disebut sebagai

1. Yang termasuk Pranata Pertama adalah organisasi kekerasan (family organization); sistem pembentukan perasaan eklusifisme (ingroup formation); sistem tata tertib dasar (basic disciplines); cara pemberian makan anak-anak bayi, penyapihan, adapt merawat anak dengan telaten atau melalaikan; latihan buang air besar (anal training); larangan melakukan perhubungan  seksual (sexual taboo); cara pemuasan kebutuhan primer (subsistance technique), dan sebagainya (Kardiner, 1961: 471).

2. Yang termasuk Pranata Kedua adalah: sistem larangan (tabbo systems); cerita rakyat; cara yang dipergunakan untuk menghadapi mereka (technique used in dealing with them), dan sebagainya (Kardiner, 1961: 471).

 Menurut Kardiner dan kawan-kawan, kelompok yang tergolong Pranata Pertama, harus mempunyai pengaruh tertentu terhadap Struktur Kepribadian Dasar, dan individu-individu yang langsung terkena pengaruh kelompok pranata tersebut. Dan pengaruh yang bersifat bertimbun banyak (akumulatif) serta efektif itu, akan memaksa para individu tersebut untuk menyesuaikan diri terhadap mereka. Berhubung individu-individu dalam suatu kolektif biasanya mengalami pengaruh pranata yang identik, maka alat penyesuaian diri yang dikembangkan (Struktur Kepribadian Dasar) biasanya mirip satu sama lain.

 Kardiner dan kawan-kawan berpendapat bahwa tipe Kepribadian Dasar diperoleh karena suatu kolektif mempunyai pengalaman masa kanak-kanak yang sama, yaitu berupa pegasuhan anak (child rearing). Akibatnya kolektif yang mempunyai cara pengasuhan yang berbeda akan menghasilkan tipe Kepribadian Dasar yang berbeda pula.

 Pendapat tersebut di atas dapat dimasukkan ke dalam Determinisme Pengasuhan Anak (child rearing determinism). Dasar pemikiran aliran ini jelas dipengaruhi oleh pendapat Freud, yang mengatakan bahwa pengalaman masa kanak-kanak penting bagi pembentukan kepribadian seorang setelah dewasa nanti.

 

 

Teori Kepribadian Rata-rata Cora DuBois

Jika strukturkepribadian dasar dani suatu suku bangsa dianggap sebagai tipe kepribadian pada umumnya dan para anggotanya, maka struktur kepribadian rata-rata adalah tipe kepribadian dan sebagian besar para anggota suatu suku bangsa, yakni sedikitnya 51% dari jumlah seluruh anggotanya.  Terjadinya tipe kepribadian rata-rata. menurut Cora DuBois, adalah sebagai hasil saling pengaruh-mempengaruhi antara kecenderungan dan pengalaman dasar, yang ditentukan oleh proses fisiologis dan neurologi. Tipe kepribadian rata-rata ini pada umumnya, ada pada kolektif manusia dalam usahanya menghadapi lingkungan kebudayaannya, yang mengingkarinya/menolaknya (deny), mengarahkannya (direct), dan memuaskan segala kebutuhannya. Kebutuhan setiap kolektif dapat berbeda-beda, sehingga tipe kepribadian rata-ratanya dapat juga berbeda.

Teori Kepribadian Orang Modern Alex Inkeles

Menurut Ia tujuan utama pembangunan ekonomi adalah memungkinkan setiap orang untuk mencapai suatu taraf hidup yang layak. Tetapi tidak seorang pun yang yakin bahwa kemajuan suatu negara atau bangsa harus diukur berdasarkan Penghasilan Nasional Kotor (Gross National Product) serta Penghasilan per kapita. Pembangunan juga mencakup ide pendewaan politik seperti yang tampak dalam suatu proses pemerintahan yang stabil dan teratur berdasarkan keinginan yang dinytakan rakyat. Penyelenggaraan pendidikan rakyat juga termasuk ke dalamnya, demikian pula perkembangan kesenian, arsitektur, pertumbuhan alat-alat komunikasi dan bertambahnya waktu istirahat. Sesungguhnya, pada akhirnya ide pembangunan mengharuskan adanya perubahan watak manusia suatu perubahan yang merupakan alàt untuk mencapai tujuan yang berupa pertumbuhan yang lebih lanjut lagi, dan bersamaan dengan itu, juga menciptakan tujuan besar proses pembangunan itu sendiri (Inkeles, L966: 151). perubahan watak manusia tersebut adalah perubahan watak dari yang tradisional menjadi yang modern.

Menurut Inkeles, ciri dalam orang modern sedikitnya ada sembilan, yakni:

1) mempunyai kesediaan untuk menerirna pengalaman baru dan keterbukaan bagi pembaharuan dan perubahan;

2) berpandangan luas, tidak terpukau pada masalah di sekitar hidupnya saja, melainkañ juga masalah negara atau dunia,

3) tidak mementingkan masa lampau, melainkan masa kini dan masa yang akan datang, selain itu juga menghargai waktu sehingga terikat padanya;

4) suka bekerja dengan perencanaan dan organisasi yang ketat;

5) yakin akan kemampuan manusia, untuk menguasai alam, tidak lagi menyerahkan hidupnya kepada kemauan lain

6) yakin bahwa kehidupannya dapat diperhitungkan, dan bukan ditetapkan oleh nasib;

7) bersedia menghargai martabat orang lain, terutama wanita dan anak-anak;

8) percaya pada ilmu pengetahuan dan teknologi; dan

9) menganut prinsip bahwa ganjaran seharusnya diberikan sesuai dengan tindakan dan prestasi, dan bukan karena kedudukan atau berdasarkan kelahiran seorang, dengan kata lain mengusahakannya adanya keadilan dalam pembagian (Inkeles, 1966: 154-157).

 

 Teori Determinisme Masa Kanak-kanak dalam Hubungan Kajian Wátak Bangsa

a. Hipotesa Latihan Buang Air Besar Geofrey Gorer

Pada 1943 Gorer menerbitkan kesimpulannya mengenai Watak Bangsa Jepang dalam artikelnya yang berjudul: “Themes in Japanese Culture (1949), menunjukan keterpukauan perhatian (preoccupation) orang Jepang yang berkelebihan terhadap upacara, kerapian dan ketertiban, sehingga dapat dibandingkan dengan sifat gangguan jiwa compulsive neurotic (gangguan jiwa yang berbuat sesuatu di luar keinginannya) yang menghinggapi beberapa orang di Eropa. Menurut hipotesanya, penyebab utamanya adalah Latihan Buang Air Besar (toilet training) yang diperoleh semasa kanak-kanak.

Sudah tentu hipotesa Gorer ini terlalu bersifat determinisme masa kanak-kanak, sehingga mendapat kritik dari sarjana lain. mnisalnya menganggap bahwa penyebab terbentuknya sifat tertib dan rapi orang Jepang adalah kode Samurai (Samurai code)

b. Hipotesa pembedungan Anak Geofrey Gorer

Goner di dalaffilapangan kehidupan lain daii anak Rusia, tidak ada pengalaman yang dapat ; tetapi dalam hal gerak, bayi Rusia telah mengalami hâmbatan, sebagai akibat adanya kebiasaan pembedungan pada anaic keel. Sejak lahir  seorang anak bayi Rusia dibedung (dibarut) erat-erat dengan sehelai kain panjang, yang mengikat kedua tungkai bawahnya maupunkedua tungkai atasnya, lums di kedua samplñg tubulmya.

Menurut Goner pembedungan mi sangat menghambat bukan saja terhadap gerak-gerik si anak, melainkan juga ekspresi emosionalnya. Hal mi disebabkan karena seorang bayi mengekspresikan einosinya melalui seluruh tubuhnya, dan bukan hanya melalui wajah mukanya saja. Ia akan menjelajahdan memeriksa dunia dengan mulut dan tangannya. Oleh karenanya dengan dibedung jiwanya terkekang, sehingga menimbulkan frustasi, karena merasa mendongkol, kecewa, serta putus asa. Sebagai akibat adanya kekangan fisik ml, timbullah sifat manic depressive massal pada orang Rusia dewasa pada umumnya) Sifat depresif tiinbul sebagai akibat terkekang perasaan selama dibedung, sehingga timbul putus asa. Sifat manic timbul sewaktu seorang anak Rusia dileas dan bedungnya, sewaktu disusui dan memperoleh kasih ibunya.

Gorerjuga sadan ada bangsa lain yang juga mempraktekkan tersebut tidak sampai mengaklbátkan timbulnya kepribadian  tipikal yang bersifat manic depressive. Sebab, (1) Cara pembedungan di dunia- beraneka ragam. Di perancis niisainya seoràngbayi hanya dibcdung tubulinya saja (torso), sedangkan. keempat tungkai bébas; di Italia yang dibedung adalah tubuh dan kedua tungkai bawahnya, sedang kedua-tungkai atashya tidak; (2) Lama waktu pembedungan tidak sama di selunih dunia.

$edikitnya ada dua kebaikan hipotesa Gorer yang dapat-kita nbil: (1) hipotesa Gorer yang menganggp bahwa 5 sampai 6 tahun Pertama dan penghidupan seorang anak bayi penting bagi pembentukan kepnbadian dewasanya kelak, ádalah yang kini banyak (haflut Para ahil yang mempelajari perkembangan kanak-kanak; (2) walau ada banyak kelemahan, namun hipotesanya inipenting, karena sedikitnya dapat dijadikan pennasalahan untuk diuji di lapangan.

c. Konsep Schismogenesis Gregory Bateson

Menurut konsep Schismogenesis ml, seorang individu belajar dengan jalan mengambil alih  pola watak (characteristic patternS) dan hübungan peran (role) dalam masyarakat tempat Ia diajarkan. Misalnya seorang anak dalam hubungannya dengan orang tuanya, akan mengambil peran sebagai pihak yang menggantungkan diri (dependence), sedang orang ma sebagai fihak yang memberi bantuan (succoring). Oleh karena itu berdasarkan konsep Schisrnogenesis ini, jika kita hendak meneliti pola watak suatu  suku bangsa kita harus  melihat interaksi  bipolamya. Interaksi bipolar untuk hubungan orang tua dan anaknya misalnya adalah :bersifat sebagai penguasa (dominance)— sebagai oràng yang dikuasai (submission); bersifat sebagai orang yang memberi bantuan (succorance) — bersifat sebagai orang yang miggantungkan kliri (dependence); dan bersifat mempertontonkan din (exhibitionism)— bersifat menjadi penonton (spectatorship).

Teori Watak Bangsa

Tujuan utama penelitian watak bangsa adalah untuk lebih memahami kepribadian lawan, kawan, dan juga bangsa sendiri dalam masa perang. Teori Watak Bangsa mi adalah perluasan dan teori Antropologi Psikologi, dan di samping itu juga memberi sumbangan dasar pada teori induknya itu.

Menunut Milton Singer, berbagai teori -mengenai watak bangsa. dapat dikelompokkan menjadi tiga golongan, yakni:

(a) Watak hangsa yang dipandang sebagal watak kebudayaan (cultural character);  

(b) Watak bangsa yang dipandang sebagai watak masyarakat (social character); dan

(c) Watak bangsa yang dipandang sebagai kepnibadian rata-rata (modal.personaljty).

Tidak ada komentar:

Posting Komentar